Sabtu, 12 November 2011

Keraton Solo Hadiningrat

Salah satu obyek wisata yang harus dikunjungi jika ke Solo adalah Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat, atau lebih dikenal sebagai Keraton Solo. Sebenarnya ada dua keraton di Solo, satunya lagi adalah Istana Mangkunegaran.
Keraton Solo terletak di pusat kota, di titik nol kota. Titik nol kota Solo terletak di tugu Gladak, tepat di depan pintu gerbang utara Keraton. Jadi, jika anda masuk dari Jalan Slamet Riadi, di bundaran Gladak, belok kanan, masuk pintu gerbang, memutari alun-alun utara, kemudian masuk ke dalam keraton melalui jalan supit udang.
Setelah membeli karcis masuk, anda akan diantar oleh guide melalui pintu selatan istana. Halaman istana terasa rindang karena ditumbuhi pohon sawo kecik. Pohon sawo kecik dalam tradisi Jawa berarti membawa kebaikan (kabecikan; becik = baik). Di bawah rindangnya pohon sawo kecik, halaman istana diisi dengan pasir yang dibawa dari laut selatan.

Pasir pantai selatan ini jelas berhubungan dengan ‘pernikahan’ raja-raja Jawa dengan Nyai Rorokidul. Selain dari pasir pantai selatan, di depan keraton di sebelah kiri terdapat menara dimana Raja Solo bertemu dengan Nyai Rorokidul. Menara ini berwarna putih dengan pagar bercat biru. Menara ini menempel pada dinding istana, separoh bangunan menara ada di halaman istana, separohnya lagi berada di luar istana. Ketika keraton Solo terbakar, konon bangunan ini adalah satu-satunya yang tidak ikut terbakar.

Istana keraton Solo konon didisain oleh seorang arsitek Belanda. Tiang beranda dibuat khusus di Belanda dan dikapalkan ke Jawa oleh VOC. Ada dua patung perempuan dari pualam yang juga didatangkan dari Belanda menghiasi halaman depan istana. Lampu-lampu gantungnya juga dibuat khusus di Eropa.


Sedangkan tiang utamanya (saka guru) dibuat dari kayu jati yang diambil dari Hutan Danalaya di Wonogiri. Tiang utama dibalut dengan kain kuning. Tiang dan seluruh bangunan yang ada sekarang adalah bangunan baru, karena bangunan lama telah terbakar. Namun demikian, kayu jati bahan keempat tiang utama tetap diambil dari hutan Danalaya.

Selain dari hiasan yang berasal dari Eropa, istana juga dihias oleh keramik dari negeri Cina. Keramik-keramik ini konon merupakan hadiah dari Raja Cina untuk Keraton Surakarta.

Kasunanan Suarakarta adalah pecahan dari Kerajaan Mataram Islam. Nah Kerajaan Mataram Islam mengklaim sebagai  kelanjutan dari Kerajaan Mataram Hindu. Itulah sebabnya beberapa praktik kultural lama masih terus berlanjut di Kerajaan Mataram, khususnya di Kasunanan Surakarta, seperti praktik sesaji di bawah ini.

Selain menyaksikan istana, kita juga bisa melihat benda-benda peninggalan keraton Solo di museum keraton.







Tidak ada komentar:

Posting Komentar